Jakarta: Meski secara makro pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2013 diperkirakan tumbuh positif, akan tetapi kondisi internal yang terjadi di Indonesia menjelang pemilu 2014 memunculkan risiko pada perekonomian Indonesia selama dua tahun ke depan.
Ekonom dari Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan untuk menjaga kondisi ekonomi yang stabil pemerintah perlu menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun ini.
Supaya inflasi tetap terjaga, kata dia, pemerintah harus berani menaikkan harga BBM pada triwulan kedua dengan besaran kenaikan 20%-30% dari harga BBM subsidi tahun ini yang sebesar Rp4.500 per liter.
"Window-nya pada triwulan II dan kemungkinan kenaikannya itu 20%-30%. Setelah bulan Juni makin kecil kemungkinannya karena mendekati pemilu," ujar Fauzi Ichsan di Jakarta, Selasa (26/2).
Ia beralasan perlunya penaikan harga BBM ini lantaran defisit APBN pada tahun 2012 naik menjadi 1,8% terhadap produk domestik bruto (PDB). Padahal pada tahun 2011 defisit APBN hanya 1,1% terhadap PDB.
Selain itu, neraca transaksi berjalan defisit 2,4% dari PDB tahun 2012, naik dari suplus 0,2% di 2011 lantaran melonjaknya impor BBM sebagai implikasi peningkatan volume konsumsi BBM subdisi.
Fauzi menjelaskan, kenaikan harga BBM sulit dilakukan pada triwulan pertama tahun ini lantaran bertepatan dengan kenaikan upah buruh dan tarif dasar listrik (TDL). "Sehingga secara politis akan sulit. Tapi di triwulan kedua peluang itu ada, artinya inflasi akan tetap terjaga di bawah 6% akhir tahun ini," jelasnya.
Ekonom dari Standard Chartered Bank Fauzi Ichsan mengatakan untuk menjaga kondisi ekonomi yang stabil pemerintah perlu menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi pada tahun ini.
Supaya inflasi tetap terjaga, kata dia, pemerintah harus berani menaikkan harga BBM pada triwulan kedua dengan besaran kenaikan 20%-30% dari harga BBM subsidi tahun ini yang sebesar Rp4.500 per liter.
"Window-nya pada triwulan II dan kemungkinan kenaikannya itu 20%-30%. Setelah bulan Juni makin kecil kemungkinannya karena mendekati pemilu," ujar Fauzi Ichsan di Jakarta, Selasa (26/2).
Ia beralasan perlunya penaikan harga BBM ini lantaran defisit APBN pada tahun 2012 naik menjadi 1,8% terhadap produk domestik bruto (PDB). Padahal pada tahun 2011 defisit APBN hanya 1,1% terhadap PDB.
Selain itu, neraca transaksi berjalan defisit 2,4% dari PDB tahun 2012, naik dari suplus 0,2% di 2011 lantaran melonjaknya impor BBM sebagai implikasi peningkatan volume konsumsi BBM subdisi.
Fauzi menjelaskan, kenaikan harga BBM sulit dilakukan pada triwulan pertama tahun ini lantaran bertepatan dengan kenaikan upah buruh dan tarif dasar listrik (TDL). "Sehingga secara politis akan sulit. Tapi di triwulan kedua peluang itu ada, artinya inflasi akan tetap terjaga di bawah 6% akhir tahun ini," jelasnya.

Posting Komentar